RELAWAN pendidikan kini ditunggu di Desa Tembok, Tejakula, Buleleng. Di desa itu terdapat sekitar 7.178 pengungsi yang sebagian besar berasal dari lereng utara Gunung Agung. Dari jumlah itu sebanyak sekitar 1.552 orang adalah anak-anak usia sekolah.
Untuk kelangsungan pendidikan mereka, anak-anak usia sekolah dasar disebar untuk ikut belajar di sejumlah SD yang ada di Desa Tembok. Salah satunya adalah di SDN 2 Tembok. Masalahnya, di SD itu jumlah anak-anak pengungsi lebih besar dari jumlah siswa lokal.
Siswa pengungsi jumlahnya 165 orang, sedangkan siswa lokal jumlahnya 111 orang.
Yang terjadi, pihak sekolah agak susah memenuhi fasilitas untuk kegiatan belajar mengajar. Termasuk guru pengajar. Untuk itulah pihak sekolah memerlukan bantuan untuk kegiatan belajar-mengajar, termasuk menunggu kedatangan relawan pendidikan untuk membantu mereka.
Kepala SDN 2 Tembok Made Suarna sudah punya cara bagus untuk mengatur kegiatan belajar mengajar di sekolah itu. Kegiatan belajar dibagi dalam dua shif. Siswa SDN 2 Tembok tetap belajar pada pagi hari. Khusus untuk siswa pengungsi, kegiatan belajar dilakukan pada sore hari, setelah siswa SDN 2 Tembok pulang. Ini dilakukan agar proses belajar mengajar menjadi lebih efektif.
Namun, ya, itu tadi. Fasilitas belajar untuk anak-anak di SDN 2 Tembok saja masih terbatas. Apalagi ditambah dengan anak-anak baru yang jumlahnya lebih banyak. “Kami menunggu teman relawan pendidikan,” kata Made Suarna.
Wakil Bupati Karangasem Wayan Artha Dipa mengatakan pihaknya akan terus berkoordinasi dengan pihak kabupaten dan kota di Bali mengenai masalah pendidikan anak-anak di tempat pengungsian.
Guru yang mengungsi dari 28 desa yang terdampak di Karangasem akan diatur agar bisa mengajar anak-anak di daerah pengungsian. Guru tingkat SMA diatur pihak Provinsi Bali. Untuk guru SMP dan SD akan dikoordinasiantara Dinas Pendidikan di Karangasem dan Dinas Pendidikan di kabuapten dan kota di Bali. “Dinas pendidikan akan berkoordinasi dengan dinas pendidikan, bupati dengan bupati,” katanya. (T/KN)