- Pembukaan : Selasa, 26 September 2017, pukul 19.30 WITA
- Pameran berlangsung : 27 September – 6 Oktober 2017, pukul 10.00- 18.00 WITA
- Di Bentara Budaya Bali, Jalan By Pass Ida Bagus Mantra, wilayah Ketewel Gianyar
Setelah sebelumnya menggelar Art Fashion Exhibition Seni Lukis Sulam Jembrana “Threads on Threads” (Juli) serta Topeng Singapadu “Power Behind The Mask” (Agustus), Bentara Budaya Bali kembali menghadirkan sebuah pameran yang mengedepankan keunggulan dan keunikan warisan seni terpilih, yakni seni lukis kaca. Merujuk tajuk Rumah Kaca Nagasepaha dan Batu Belah, akan dipresentasikan karya-karya dari 30 pelukis lintas generasi.
Pameran seni lukis kaca ini adalah kerjasama antara pelukis-pelukis kaca Desa Nagasepaha, Buleleng dan Komunitas Lukis Kaca Batu Belah Art Space (BBAS) Lepang, Klungkung serta Bentara Budaya Bali. Ini adalah program utama Bentara Budaya tahun 2017 sekaligus memaknai HUT Bentara yang ke-35. Sebelumnya pameran telah digelar di Balai Soedjatmoko Solo dan Bentara Budaya Yogyakarta, kemudian serentak pada bulan September ini diadakan di Bentara Budaya Jakarta dan Bentara Budaya Bali. Empat venue Bentara Budaya tersebut menampilkan potensi seni lukis kaca di daerah masing-masing.
Selain menampilkan karya-karya lukisan kaca dua dimensi dengan ragam klasik ala Nagasepaha, akan dihadirkan pula karya-karya dua dimensi dan tiga dimensi dari komunitas BBAS yang secara khusus mengolah limbah kaca menjadi sebentuk karya seni eksperimental – upaya mengeksplorasi benda-benda fungsional sehari-hari menjadi karya seni yang penuh simbol atau berlapis arti.
Upaya eksplorasi tersebut sejalan dengan riset yang telah dilakukan sedini tahun 2005 oleh seniman sekaligus dosen I Wayan Sujana “Suklu”, S.Sn., M.Sn dan Dr. Tjok Istri Ratna Cora Sudarsana S.Sn, M.Si terhadap karya seni bermedia kaca dengan fokus lukisan kaca buah karya seniman-seniman Nagasepaha, Buleleng. Seturut upaya pelestarian seni lukis kaca yang tumbuh menyejarah tersebut, didirikanlah komunitas lukis kaca limbah BBAS (Batu Belah Art Space) – di mana anak-anak dan remaja didorong mengembangkan bakat seninya dengan mengeksplorasi limbah kaca sebagai medium ekspresi.
Walau tidak sepenuhnya bisa disebut sebagai upaya retrospektif, pameran kali ini setidaknya menggambarkan dinamika kreatif karya seni bermedium kaca yang lintas batas; dari karya klasik ala Nagasepaha hingga karya rupa modern dan bahkan kontemporer; dari media kaca umumnya, hingga respon karya pada benda fungsional seperti: lampu, meja, botol, jendela, genteng, dan limbah kaca terapan lainnya.
Wayan Sujana “Suklu” dan Ratna Cora Sudarsana serta BBB mengandaikan kolaborasi ini sebagai Rumah bersama bagi yang ‘Tak Berumah’, sebagai pengandaian akan pergulatan seni-seni bermedium kaca yang selama ini terpinggirkan atau kurang mendapat apresiasi sebagaimana bentuk-bentuk seni lukis/rupa baik klasik, tradisional, modern, maupun kontemporer lainnya.
Adapun seniman-seniman yang berpameran antara lain, dari Nagasepaha :Jro Dalang Diah (1909), I Ketut Samudera (1977), I Ketut Santosa (1970), Kadek Suradi (1982), I Ketut Sekar (1949), Ketut Suamba (1942), Made Nurining (1967), Wayan Arnawa (1969), Made Santer (1964), Made Wijana (1994), I Gede Kenak Eriada (19992), Putu Indra Diva (1999), Ni Komang Putri (2002) dan Ketut Putra Wibawa (2004). Sementara dari BBAS : Ni Nyoman Sartini (1970), I Wayan Sujana Suklu (1967)), I Ketut Sukerta, Sinta Purnama Dewi (1999), Gusti Ayu Puspa Dewi (2000), Made Arik Yurustya (2000), Wayan Rismayanti (2000), Made Vera Yanti (2002), Putu Hana Febriyani (2001), Putu Mitha Permata Sari (2000), Komang Nayang Wangi Purbani (2004), Made Wahyu Permana (2003), Ketut Diah Harum Laras (2007), Komang Ayu Trisna Devi (2005), I Wayan Angga Pranayasa (2000) dan I Wayan Aris Yuristya (2000).
Secara khusus, pembukaan pameran di BBB akan dimaknai pula performing bertajuk “Cermin Diri” oleh I Wayan Purwanto dan De Pritha Kumara Janardani. Sebagai koreografer adalah I Wayan Purwanto. (T/R)