10 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Hadiah Rancage untuk Penulis Bali – Antara Amat Senang dan Agak Malu

I Putu SupartikabyI Putu Supartika
February 2, 2018
inEsai
59
SHARES

DIDAULAT menjadi penerima hadiah Sastera Rancage tahun 2017, saya merasakan dua hal sekaligus yang bertolak belakang. Saya merasa senang, di sisi lain saya juga merasa malu.

Secara alamiah, sebagai manusia, sudah pasti saya amat senang mendapat penghargaan yang sangat bergengsi di bidang Sastra Bali Moderen, selanjutnya disingkat SBM. Bisa saya analogikan Rancage adalah nobelnya SBM.

Untuk itu, saya sangat berterima kasih kepada Yayasan Kebudayaan Rancage karena telah menghargai apa yang saya kerjakan, apa yang kami lakukan – para penulis SBM ini.

Namun, di balik rasa senang yang saya rasakan, sesungguhnya ada terselip rasa malu. Jika tak boleh disebut amat malu, ya sebut saja agak malu. Kenapa?

Pertama, saya mendapatkan penghargaan karena dinilai berjasa dalam pengembangan SBM di Bali. Berjasa? Benarkah saya berjasa?

Benar, selain menulis SBM, saya juga menerbitkan karya-karya SBM di blog yang saya kelola, Suara Saking Bali. Semua itu saya lakukan karena kecintaan saya terhadap terhadap SDM. Kecintaan untuk menuliskan, kecintaan untuk menyebarkannya.

Tapi, jasa itu belum bisa disebut besar. Jasa saya dalam pengembangan SBM sangat kecil, bahkan tak ada seujung kuku, dengan apa yang sudah dilakukan pendahulu saya, Nyoman Manda, Made Sanggra (almarhum), IDK Raka Kusuma, Made Sugianto, dan tokoh-tokoh pendahulu yang lain.

Saya mulai menulis sejak tahun 2012 dan baru dimuat di media berbahasa Bali pertengahan tahun 2013. Blog Suara Saking Bali saya buat satu tahun lalu tepatnya bulan Januari 2016, kemudian disusul dengan menerbitkan Jurnal Suara Saking Bali pada bulan November 2016 bersama teman-teman.

Bagaimana saya tidak malu. Bandingkan saja, Nyoman Manda bersama almarhum Made Sanggra dengan majalah Canang Sari dan Satua-nya sudah berjuang mengembangkan SBM sejak saya masih kecil bahkan mungkin belum lahir. Dan hingga sekarang majalah itu masih tetap ada.

Demikian juga IDK Raka Kusuma dengan sanggar Buratwangi dan majalah Buratwangi-nya. Atau Made Sugianto dengan penerbitan indie, Pustaka Ekspresi. Dibanding para tokoh yang tak bisa diragukan lagi jasa dan idealismenya di bidang SBM itu, posisi saya entah berada di mana.

Kedua, yang membuat saya malu adalah Sastera Rancage diberikan oleh orang atau lembaga dari luar Bali (lebih tepatnya yayasan dari Bandung) dan bukan orang, lembaga, yayasan, atau pemerintah Bali.

Ini tanda tanya besar bagi kita semua, khusunya orang Bali. Ada apa dengan Sastra Bali Modern? Benarkah karya-karya sastra modern berbahasa Bali itu berguna bagi kehidupan kita di Bali? Benarkah ia layak diperjuangkan?

Berbicara tentang perkembangan sastra Bali modern hari ini, kita akan menemukan penulis-penulis SBM yang berjuang keras agar karya mereka ada yang membaca, agar karya mereka ada yang meghargai. Bukan sekadar komentar “hebat”, atau “top”, atau “lanjutkan” di media sosial semacam facebook saat mereka menyiarkan karya mereka.

Kita menyaksikan bagaimana buku-buku SBM bermunculan setiap tahun dan menjadi penghias rak di toko buku karena tidak laku. Tidak laku karena pembacanya jarang. Hanya orang-orang spesial dan sangat perlu yang mau membaca buku SBM. Dan kenyataan yang saya lihat di lapangan, kebanyakan dari penulis SBM membagikan bukunya secara cuma-cuma kepada temannya. Sungguh ironis.

Saya ingat bagaimana IDK Raka Kusuma menanggapi celotehan saya: “Wenten penulis SBM baru malih Pak Dewa (ada penulis SBM baru lagi, Pak Dewa)”.

Beliau menanggapi: “Becik nika, pang ramean ajak buduh (bagus itu, biar semakin banyak yang kita ajak gila)”.

Buduh. Ya, buduh. Mungkin kata itu yang tepat untuk mewakili para penulis SBM yang masih bertahan hingga kini. Bagaimana tidak buduh? Mereka bertahan di dalam ruang yang tanpa arah dan tujuan. Mereka seperti melakukan sesuatu yang sia-sia, dan terkesan membuang waktu.

Menulis, menulis, dan menulis entah sampai kapan walaupun karya mereka tak banyak yang membaca. Hanya orang buduh yang mampu melakukan itu. Tapi itulah semangat ngayah yang selalu mereka pegang teguh.

Dari dulu sastra Bali modern seperti hidup sendiri-sendiri, seperti terpisah dari jaring-jaring kehidupan, padahal sejatinya SBM adalah bagian dari kehidupan orang Bali. SBM seperti berada di suatu daerah yang asing di tanah kelahirannya. Ia seakan kalah gengsi dengan sastra modern berbahasa Indonesia, sekaligus kalah taksu dengan sastra Bali klasik seperti pupuh dan geguritan.

Saya tahu, Nyoman Manda, Made Sanggra dan IDK Raka Kusuma, adalah orang-orang yang terlalu kuat berada di tengah sepinya gaung SBM. Mereka tetap menerbitkan majalah sembari tetap berkarya, meski hingga kini rasa-rasanya pembaca setia SDM adalah orang yang itu-itu saja.

Tapi, Tuhan seakan tak ingin SBM mati. Setiap tahun ada saja penulis SBM baru yang lahir. Di sisi lain, ada saja pembaca setia yang juga lahir, meski jumlahnya tak pernah banyak. Peran Bali Post yang menyediakan ruangan untuk karaya-karya penulis SBM, kemudian diikuti dengan Pos Bali, harus diakui menambah gairah hidup SBM di Bali, meski pengaruhnya terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat Bali tetap belum terasa benar.

Ketika bahasa Bali diperjuangkan oleh banyak orang, dan mendapat perhatian luas yang disertai dengan keluarnya sejumlah keputusan-keputusan politik, tampaknya hal itu tidak dibarengi dengan melejitnya gaung SBM yang secara jelas ditulis dalam bahasa Bali.

Orang-orang birokrasi dan orang-orang politik sangat jarang membicarakan sastra Bali modern, bahkan mungkin banyak yang tak kenal dan bertanya-tanya SBM itu makhluk apa. SDM tak pernah jadi trend di kalangan birokrat dan politikus, semisal tren naik sepeda, trend pungut sampah, atau trend jalan santai dan tanam pohon.

Jadi, SBM adalah dunia sunyi. Selalu sunyi dan sendiri.

Hingga akhirnya dipungut oleh orang luar lewat penghargaan Sastera Rancage. Harus diakui, penghargaan Sastera Rancage inilah sebagai salah satu pendorong semangat para penulis SBM untuk tetap bertahan. Saya jadi ingin bertanya: Kenapa sampai bisa orang luar yang lebih peduli dengan nasib SBM? Apa kita orang Bali tidak merasa malu? Bukankah itu merupakan tamparan keras untuk kita orang Bali?

Hah, sudahlah. Biarlah angin tetap berhembus, dan tetangga sebelah tetap mengoceh dan mengatakan kita adalah penulis keren. (T)

Baca juga: Made Sugianto dan Sastra Bali Modern

Tags: Bahasa BaliHadiah Rancagesastrasastra bali modern
Previous Post

Ulasan Buku Avianti Armand: Puisi dari Nama-nama Perempuan yang Dihapus

Next Post

Kemana Angin Berhembus? – Di Balik Hikayat Lawatan Raja Salman ke Negeri-negeri Bawah Angin

I Putu Supartika

I Putu Supartika

Pengamat cewek teman dan peternak sapi ulung yang tidak bisa menyabit rumput. Belakangan nyambi menulis cerpen

Next Post

Kemana Angin Berhembus? – Di Balik Hikayat Lawatan Raja Salman ke Negeri-negeri Bawah Angin

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Komunikasi Egaliter di Era Predator Citra

by Petrus Imam Prawoto Jati
June 10, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

SIDANG pembaca yang budiman, akhirnya kita mengalami hidup di zaman sekarang ini, zaman paling komunikatif dalam sejarah manusia. Tapi anehnya,...

Read more

Promosi Produk Wisata Manipulatif, Bisa Saja

by Chusmeru
June 9, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

PERSAINGAN dalam industri pariwisata kian ketat. Bukan hanya di Tanah Air, namun juga di berbagai belahan dunia. Oleh karenanya, berbagai...

Read more

Sastrawan Harus Miskin: Panduan Praktis Menyalahkan Negara (dan Sedikit Menyindir Masyarakat)

by Pry S.
June 8, 2025
0
Sastrawan Harus Miskin: Panduan Praktis Menyalahkan Negara (dan Sedikit Menyindir Masyarakat)

AKHIR Mei kemarin, Kompas menerbitkan sebuah feature bertajuk ‘Sastrawan Tak Bisa Menggantungkan Hidup pada Sastra.’ Liputan ini dibuka dengan narasi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
New Balance Sneakers Store di Indonesia Terpercaya
Gaya

New Balance Sneakers Store di Indonesia Terpercaya

SAAT ini sneakers bukan lagi sekadar kebutuhan untuk melindungi kaki saja melainkan telah berkembang jadi bagian penting dari gaya hidup....

by tatkala
June 9, 2025
I Wayan Suardika dan Sastra: Rumah yang Menghidupi, Bukan Sekadar Puisi
Persona

I Wayan Suardika dan Sastra: Rumah yang Menghidupi, Bukan Sekadar Puisi

ISU apakah sastrawan di Indonesia bisa hidup dari sastra belakangan ini hangat diperbincangkan. Bermula dari laporan sebuah media besar yang...

by Angga Wijaya
June 8, 2025
Cerita Keberlanjutan dan Zero Waste dari Bali Sustainable Seafood dan Talasi di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Cerita Keberlanjutan dan Zero Waste dari Bali Sustainable Seafood dan Talasi di Ubud Food Festival 2025

AWALNYA, niat saya datang ke Ubud Food Festival 2025 sederhana saja, yaitu bertemu teman-teman lama yangsaya tahu akan ada di...

by Julio Saputra
June 7, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

June 7, 2025
Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

June 7, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co