HARI RAYA Galungan dan Kuningan merupakan hari besar umat Hindu di Bali, selain Nyepi. Mengenai arti kata Galungan, seperti yang tertulis dalam laman Desa Sangeh, Kabupaten Badung, kata Galungan diambil dari bahasa Jawa Kuna yang berarti bertarung. Galungan disebut juga “dungulan” yang artinya menang. Dalam Kalender Saka Bali, Galungan jatuh setiap Buda Kliwon wuku Dungulan—di Jawa wuku kesebelas dikenal dengan sebutan wuku Galungan.
Dilansir dari laman Disperkimta Kabupaten Buleleng, perayaan Galungan dimaknai sebagai hari perayaan kemenangan Dharma (kebenaran) melawan Adharma (kejahatan). Pada perayaan Galungan, umat Hindu mengikuti persembahyangan untuk menghaturkan rasa syukur kepada Sanghyang Widhi Wasa atas terciptanya dunia serta segala isinya.
Sedangkan Hari Raya Kuningan—atau sering disebut juga Tumpek Kuningan—jatuh 10 hari setelah perayaan Galungan. Pada Hari Raya Kuningan umat Hindu akan melakukan pemujaan kepada para Dewa dan Pitara untuk memohon keselamatan, kedirgayusan, perlindungan dan tuntunan lahir batin.
Pada hari di mana Kuningan dirayakan, umat Hindu Bali menyakini para Dewa, Bhatara, yang diiringi para Pitara, turun ke bumi hanya sampai tengah hari. Oleh karenanya pelaksanaan upacara dan persembahyangan pada Hari Raya Kuningan dilakukan hingga tengah hari saja.
Dalam kesempatan yang berbahagia tersebut, Ketua DPRD Kabupaten Buleleng, Gede Supriatna, SH, bersama pimpinan dan seluruh anggota dewan mengucapkan selamat Hari Raya Galungan dan Kuningan yang jatuh pada tanggal 2 Agustus dan 12 Agustus 2023 kepada seluruh masyarakat Kabupaten Buleleng.
“Om Swastiastu, titiang ngayanin pimpinan lan anggota DPRD Kabupaten Buleleng, ngaturang rahajeng rahina Galungan lan Kuningan. Dumogi semeton titiang sami, krama Buleleng, ngemanggihin kerahayuan lan kerahajengan. Tetap semangat untuk Buleleng yang lebih maju, lebih baik, dan sejahtera. Satyam Eva Jayate,” ucap Ketua DPRD Buleleng, Gede Supriatna, SH.
Supriatna, yang merupakan kader PDI Perjuangan Buleleng itu, meminta seluruh masyarakat Buleleng— terutama umat Hindu—untuk tetap bersama-sama menciptakan dharma di dalam hati demi tercapainya kedamaian diri dan masyatakat. “Semoga kita semua senantiasa diberikan kesehatan, kebahagiaan, kesuksesan, dan perlindungan oleh Sang Hyang Widhi Wasa. Di hari yang penuh Dharma ini, mari kita selalu menyebarkan kebaikan kepada semua umat, agar bumi jauh dari mara bencana,” papar Supriatna.
Benar. Memang begitu seharusnya. Di hari yang penuh kegembiraan dan kebahagiaan, di hari yang suci, doa-doa baik memang harus terus dipanjatkan, mantra-mantra baik harus terus dirapalkan. Bukan saja untuk diri, tapi juga untuk alam semesta. Bagimanapun, sesuai dengan kepercayaan umat Hindu, manusia hidup bersama yang sekala dan niskala.
Oleh karena itu, Supriatna berharap, melalui Hari Raya Galungan dan Kuningan ini, semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa, selalu memberikan tuntunan kepada semua umat manusia di Pulau Dewata—pulau yang kita tinggali, yang memberi kita harapan dan kehidupan.[T][Jas/Adv/*]