TENTU SAJA ada banyak sosok perempuan Buleleng yang mengambil inspirasi dari perjuangan Raden Ajeng Kartini yang hari lahirnya diperingat pada 21 April ini. Inspirasi itu antara lain memperjuangkan hak-hak mereka sebagai perempuan, terutama untuk turut serta bersama laki-laki membangun daerah—tempat mereka tinggal, dan bangsa—tempat mereka bernaung..
Dari yang banyak itu, selama setahun ini terdapat sosok-sosok Kartini yang cukup menonjol untuk dilihat sebagai sosok, yang bukan hanya mengambil inspirasi dari Kartini, melainkan juga menebarkan inspirasi-inspirasi baru bagi perempuan-perempuan lainnya. Mereka adalah sosok-sosok yang mendapatkan pencapaian-pencapaian yang cukup membanggakan pada bidang-bidang yang mereka geluti, baik di bidang pendidikan, olahraga, organisasi maupun di bidang pengembangan generasi muda.
Manchika, Selagi Muda Meningkatkan Kualitas Diri
Putu Manchika Widya Candra (16), masih duduk di bangku sekolah kelas XI pada SMAN 1 Singaraja. Ia baru saja terpilih menjadi Juara 1 pada Pemilihan Jegeg Bagus Buleleng tahun 2023.
Ia kemudian disebut sebagai Jegeg Buleleng yang akan beradu di ajang provinsi untuk merebut posisi Jegeg Bali dalam ajang Pemilihan Jegeg Bagus Bali.
Ia biasa dipanggil dengan nama pendek, Chika. Ia lahir di Desa Selat, Kecamatan Sukasada, Buleleng. Sejak duduk di bangku SMP ia terus berjuang melatih dirinya untuk menjadi perempuan yang bukan hanya cantik secara fisik, tapi juga cantik dalam memelihara kecerasan akal dan budi.
Manchika
Di SMP ia sempat terpilih menjadi Putri Spensa (SMPN 1 Singaraja). Di bangku SMA ia sukses menjadi Putri Smansa (SMAN 1 Singaraja). Ia terus berlatih untuk masuk dalam kompetisi-kompetisi yang lebih luas di luar sekolah.
Ketika Dinas Pariwisata Buleleng menginisiasi ajang Pemilihan Jegeg Bagus Buleleng, ia tak ragu untuk itu. Ia masuk dalam jajaran 10 finalis, dan akhirnya menang. “Selagi muda saya harus terus meningkatkan kualitas diri,” katanya.
Ia punya kemampuan juga dalam hal publik speaking. Semua itu diraihnya bukan dengan hasil yang instan, banyak proses yang dilaluinya. Ia secara tekun berlatih, dan lebih banyak secara otodidak, melalui video tutorial di YouTube, melakukan praktik berkomunikasi di depan cermin, serta meminta koreksi dari orang terdekat sebagai evaluasi diri agar selalu menjadi lebih baik.
Dengan terpilihnya ia sebagai Jegeg Buleleng, maka ia pun bersiap untuk menajalani berbagai kesibukan. Ia menandatangani MoU untuk mengikuti segala ketentuan selama dua tahun. Ia kan sibuk menularkan hal-hal baik kepada perempuan generasi muda di Buleleng, baik dalam hal pariwisata, budi pekerti, dan budaya.
Semua persiapan untuk maju menjalankan kegiatan Jegeg Buleleng difasilitasi oleh Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Buleleng dan bersinergi dengan Semeton Jegeg Bagus (Sejebag) Buleleng.
“Chika sendiri nantinya akan siap menekuni setiap kesibukan yang ada karena selain itu menjadi tanggung jawab, Chika sendiri memang pribadi yang suka menyibukkan diri sendiri dengan berbagai hal yang positif untuk peningkatan kualitas diri Chika,” kata Chika.
Menjelang perhelatan Jegeg Bagus Bali, ia mengaku segala persiapan telah lakukan mulai dari pendalaman materi mengenai kepariwisataan di Bali, pengembangan potensi diri, serta peningkatan kemampuan public speaking.
Semua persiapan itu mendapat dukungan penuh dari Pemkab Buleleng melalui Dispar Buleleng, misalnya dengan mengundang pembicara dari luar sebagai pemateri, dan transportasi juga didukung. selain itu organisasi Sejebag juga selalu mensupport utamanya dari sisi pengalaman dan dukungan moral dalam menangani rasa gugup di panggung.
Chika berharap dengan terpilihnya ia sebagai Jegeg Bagus Bali, ia bisa lebih mengenalkan secara spesifik lagi keunggulan yang dimiliki Buleleng dari sisi pariwisata sehingga menjadi suatu keunikan yang bersifat menjual, dengan itu akan lebih banyak wisatawan lokal bahkan mancanegara yang ingin mengetahui kelebihan pariwisata yang dimiliki Bali Utara.
Lie Qiao, Dari Buleleng Mewakili Indonesia
Buleleng memiliki sosok Kartini muda yang berkiprah di kancah internasional. Namanya Lie Qiao. Ia seorang Atlet Kriket Tim Nasional (Timnas) Kriket Putri Indonesia yang terhitung masih belia, yaitu berusia 17 tahun.
Ia tergabung di dalam tim nasional kriket yang akan berlaga pada ajang South East Asia (SEA) Games 2023 di Kamboja. Lie Qiao bersama 14 orang rekan setimnya saat ini tengah berlatih secara intens melalui kegiatan training camp di Jimbaran, Badung.
Lie Qiao memiliki target bersama Timnas Kriket Nasional Indonesia untuk meraih medali emas pada cabor kriket Sea Games. Secara pribadi ia berharap dapat menjadi atlet kriket yang dapat mengharumkan nama Indonesia di kancah dunia.
Gadis kelahiran Singaraja, 15 Mei 2006 ini melakukan persiapan serius menuju SEA Games 2023. Ia tekun berlatih di training camp. Lie Qiao mengikuti seluruh program latihan yang dijadwalkan setiap hari oleh pelatih dengan durasi dari pukul 14.00 sampai dengan pukul 18.00, selain itu pola makan dan kebugaran tubuh juga dijaga dengan baik.
“Saya juga mengambil latihan tambahan di luar jam latihan, untuk meningkatkan kemampuan saya,” katanya.
Teori terkait teknik pun tidak luput dipelajari oleh Lie Qiao dengan mengamati langsung teknik kakak-kakak seniornya saat berlatih atau bertanding. Selain itu, dirinya juga sering menjelajah Youtube untuk melihat video aksi-aksi pemain kriket di seluruh dunia.
“Saya lihat cara mereka bermain, cara mereka memukul, melempar, di Youtube saya menonton pemain-pemain yang sudah profesional,” ungkapnya.
Lie Qiao mencintai olahraga kriket sejak di bangku sekolah dasar. Olahraga itu dikenalkan oleh gurunya yang mengikutsertakan siswi asal Kelurahan Kaliuntu itu pada lomba tingkat pelajar sekolah dasar se-Kabupaten Buleleng.
Ketekunannya dalam cabor kriket berlanjut hingga bangku sekolah menengah pertama. Perlombaan pun juga diikutinya. Namun, akibat pandemi Covid-19 kegiatan kriket sempat vakum.
Lie Qiao (kanan)
Pada bangku sekolah menengah atas, Lie Qiao kembali melanjutkan kegiatan kriketnya. Pada jenjang inilah Lie Qiao ditunjuk oleh tim nasional untuk bertanding pada ajang South East Asia (SEA) Games yang berlangsung dalam waktu dekat ini.
Anak dari pasangan suami istri Lie Ban Hiau dan Ni Nyoman Sukanasih itu terbilang sangat berprestasi. Tercatat banyak ajang kejuaraan kriket telah dijajal olehnya, mulai daerah hingga internasional meliputi Porprov Bali, Kualifikasi Word Cup, Kartini Cup, dan menjadi pemain di timnas U-19 putri di South Afrika, pada Januari 2023 lalu.
Meskipun sebagian besar waktunya digunakan untuk kegiatan kriket, namun sebagai seorang siswi SMAN 1 Singaraja Lie Qiao tidak melupakan tanggung jawabnya untuk belajar. Lie Qiao mengaku memerlukan tenaga dan waktu ekstra untuk menyeimbangkan kehidupan sebagai seorang atlet kriket dan seorang pelajar.
“Jujur sih cukup sulit bagi waktunya, selama dispensasi membuat saya jarang datang ke sekolah, segala macam tugas dan ulangan saya kerjakan di waktu luang setelah latihan,” pungkas siswi yang menyukai mata pelajaran sejarah itu.
Made Sri Astiti, Berjuang di Dunia Pendidikan
Made Sri Astiti, S.Pd., M.Pd. kini dikenal sebagai Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Singaraja. Ia bisa disebut pejuang, karena selalu mendedikasikan hidupnya untuk kemajuan sekolah dengan memegang prinsip bahwa guru merupakan pengabdian mendidik anak bangsa untuk menjadi generasi yang berakhlak dan juga cerdas.
Ia tentu saja sangat memegang teguh prisip dari RA Kartini, untuk menjunjung tinggi kaum perempuan karena dijaman sekarang perempuan harus tangguh dan layak untuk mendapatkan pedidikan yang setinggi-tingginya.
Perjuangan Dri Astiti dalam menjadi tenaga pendidik dimulai pada tahun 1997 di Lombok Tengah. Sri Astiti yang berlatar belakang sebagai guru matematika ini juga pernah mengajar di SMA Negeri 2 Denpasar, SMA Negeri 4 Singaraja dan selama 6 tahun juga pernah menjadi kepala sekolah di SMA Negeri 3 Singaraja.
Sebagai seorang perempuan, Sri Astiti sangat mengagumi sosok dari RA Kartini karena baginya perempuan harus berperan aktif dalam dunia pendidikan.
“Perempuan harus tangguh layaknya RA Kartini,” tegasnya.
Sebagai perempuan, kata dia, harus mampu dalam segala hal dan jangan lagi beranggapan bahwa perempuan itu lemah, justru perempuan merupakan pondasi dalam rumah tangga tidak hanya dalam dunia karir.
Made Sri Astiti, S.Pd., M.Pd.
Selain sebagai kepala sekolah yang ternama di Singaraja, Sri Astiti juga memiliki kewajiban dalam lingkungan keluarga yaitu menjadi seorang istri dan ibu dari seorang anaknya. Semua peran harus dilakoninya dengan seimbang serta bisa mengatur waktu antara pekerjaan dan keluarga.
Di era milenial ini, menurut Sri Astiti, emansipasi benar-benar memberikan kesempatan yang sama bagi perempuan untuk berprestasi dibidangnya, sama halnya dengan apa yang dilakukan pria, namun sebagai perempuan ditengah semangat emansipasi perempuan juga harus tetap dalam kodratnya dengan artian perempuan tidak hanya mengejar impian saja namun juga tetap berbakti kepada keluarga.
Sri Astiti membagikan tipsnya bagi kaum perempuan agar sukses dalam dunia karir dan berkeluarga yaitu bersinergi bersama-sama yang didasari pada komunikasi, koordinasi dan berkolaborasi.
“Itulah poin-poin penting untuk mencapai puncak kesuksesan, tentu tidak mudah dalam menerapkannya apalagi kita memiliki banyak peran sebagai seorang istri, ibu dan peran lain dalam pekerjaan. Dan satu lagi kita harus berani keluar dari zona nyaman,” jelas ibu yang hobi berolahraga itu.
Dalam dunia pendidikan, Sri Astiti selalu menggaungkan masa depan anak didiknya dengan menumbuhkan karakter dan budi pekerti yang baik serta diimbangi dengan disiplin yang tinggi, menurutnya anak yang pintar gampang dicari namun anak yang berkarakter dan memiliki kedisiplinan merupakan pondasi yang kelak mereka akan bawa dikeseharian dalam pergaulan.
Sri Astiti berharap melalui momen ini, semangat Kartini harus dimiliki oleh setiap perempuan, tidak cukup dalam berumah tangga saja juga harus berperan aktif dalam dunia karir. “Perempuan harus mampu, harus berjuang dan harus tangguh. Jangan pernah mengeluh apapun halangan dan rintangannya,” katanya.
Trisna Widyastini, Perempuan Pengawas Pemilu
Ni Nyoman Trisna Widyastini (40) adalah sosok Kartini yang berjuang di tempat yang berurusan dengan dunia politik, yakni Pemilu. Ia kini menjadi Koordinator Sumber Daya Manusia di Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Buleleng.
Dan, ia selalu berpesan kepada perempuan lainnya di Buleleng, agar tetap memiliki peran penting dan ikut andil mengisi ketersedian kuota perempuan dalam pelaksanaan Pemilu Tahun 2024.
Menurutnya, para perempuan dewasa ini telah mampu membuktikan kegigihan dan keuletannya dalam berperan besar untuk kemajuan bangsa sesuai bidangnya masing-masing. Dengan perannya di Bawaslu yang sebagian besar mengarah ke tata kelola sumber daya manusia dirasa dapat memberdayakan masyarakat sekitar, menyampaikan isu-isu tentang perempuan melalui langkah nyata serta membuktikan bahwa kaum perempuan juga bisa melaksanakan tugas dengan adanya pengakuan kesetaraan gender.
“Kita ajak dan rangkul mereka untuk sama-sama mengambil posisi yang sudah ditentukan demi mengedepankan emansipasi wanita,” jelasnya.
Kesetaraan gender tersebut membuktikan banyaknya lahir para pemimpin perempuan di segala aspek keorganisasian yang ada di Indonesia, dan pihaknya sangat berbangga juga diberikan kesempatan sebagai satu-satunya komisioner perempuan di Bawaslu Buleleng.
Tentunya dengan kesibukannya itu harus ada yang dikorbankan seperti waktu bersama keluarga demi profesionalisme pekerjaan yang digelutinya, dengan berbekal dukungan penuh dari keluarga tersebut dirinya semakin bersemangat untuk menjalani tugas nya yang notabene mengajak peran serta perempuan dalam pelaksanaan.
Ni Nyoman Trisna Widyastini
“Astungkara karena komitmen kita merupakan pekerja penuh waktu segala pengabdian untuk pekerjaan tersebut di dukung penuh dari orang tersedekat,” kata wanita jebolan Fakultas Ekonomi Unud ini.
Sebagai salah satu perempuan yang sudah merasakan asam garam dalam kehidupan, ia berpesan kepada generasi penerus yang menjadi kartini milenial nantinya agar menjadi pribadi yang konsisten mengambil keputusan dan tekun dalam menjalani segala pekerjaan yang sedang ditekuni sehingga tercapai segala tujuan yang sudah rencanakan sebelumnya.
Ia berharap untuk para wanita di Buleleng agar bisa membuktikan jika kaum perempuan juga bisa setara dalam melakukan kegiatan dari segala aspek dan sisi manapun dengan kaum laki-laki. [T][Adv]
- Catatan: Artikel ini ditulis dan disiarkan atas kerjasama tatkala.co dan Dinas Komunikasi, Informatika, Persandian dan Statistik (Kominfosanti) Kabupaten Buleleng.