16 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Menyusuri Istilah “Ajeg Bali” yang Katanya Menjadi Benteng Pulau Dewata

Teddy Chrisprimanata PutrabyTeddy Chrisprimanata Putra
February 9, 2021
inUlasan
Menyusuri Istilah “Ajeg Bali” yang Katanya Menjadi Benteng Pulau Dewata

Malam itu langkah kaki menuntun saya sampai ke area Ksirarnawa, Art Centre. Tentu bukan tanpa alasan saya bisa sampai disini. Kala itu pemerintah melalui Dinas Kebudayaan menyelenggarakan festival budaya bertajuk “Festival Bali Jani”. Menariknya, festival ini juga mengundang beberapa penggerak literasi memamerkan berbagai buku-buku yang bisa dibawa pulang oleh pembeli.

Pustaka Larasan adalah salah satu penerbit beken yang ikut dalam festival ini. Disinilah saya bertemu dengan buku karya Henk Schulte Nordholt yang dengan ciamik diterjemahkan oleh Arif B. Prasetyo. Buku yang sudah saya dapat lebih kurang 2 tahun lalu, baru saja selesai saya baca. Kali ini saya mencoba membahas buku ini secara sederhana dan tidak meninggalkan substansi yang ingin dibawa oleh penulis.

Menarik Hati Sejak Pandangan Pertama

Sebagai pembaca yang mengutamakan tampilan sampul suatu buku, saya langsung dibuat jatuh cinta oleh sampul buku “Bali Benteng Terbuka 1995-2005” karya Henk Schulte Nordholt. Kombinasi warna cream, putih, hitam, dan merah mendominasi sampul buku yang diterbitkan kali pertama oleh Pustaka Larasan pada Juni 2010 ini. Berlatar belakang pintu khas Bali lengkap dengan ukiran, tungkai pintu beserta gembok yang tidak terkunci. Menariknya huruf ‘I’ pada kata Bali diganti dengan gambar kaleng softdrink yang merajai pasar tak terkecuali Bali.

Menjadi menarik bagi pembaca untuk menerka-menerka maksud dari sampul buku yang buat saya cukup satire. Bali sebagai pulau yang identik dengan budayanya sudah mulai bergeser ke industri pariwisata urban sejak masa kolonial, masyarakatnya mulai menunjukkan keseriusannya terhadap industri ini, terlihat dari berbagai infrastruktur mulai dibangun guna menunjang destinasi wisata. Rakyatnya pun ‘banting setir’ ke dunia pariwisata. Dalam waktu bersamaan, masyarakat Bali juga dituntut mempertahankan tradisi, budaya warisan leluhur yang mulai dirongrong oleh sosok jahat bernama Globalisasi. Rasa-rasanya konflik itu yang ingin disampaikan oleh penulis melalui sampul yang sangat berkarakter ini. Sampul ini menurut saya sangat pantas diganjar penghargaan sebagai sampul buku terbaik.

Buku setebal xxx + 120 halaman ini terdiri dari delapan bab yang semuanya membahas soal Bali medio 1995 – 2005. Yah, sesuai dengan judulnya yang juga menunjukkan Batasan masalah yang diambil oleh penulis. Adapun delapan bab yang dibahas dalam buku ini yakni, Mencari kestabilan (Bab I), Gejolak dan perubahan (Bab II), Kasta dan desa (Bab III), Bentuk-bentuk kekerasan (Bab IV), Negara partai yang tidak stabil (Bab V), Ajeg Bali (Bab VI), Pemilu (Bab VII), dan Melampau Ajeg Bali (Bab VIII).

Bali Mencari Jati Diri

Pasca runtuhnya kekuasaan Presiden Soeharto tahun 1998, berbagai kebijakan baru mulai dibuat dan diterapkan oleh pemerintah pusat. Desentralisasi dan Otonomi Daerah salah satunya. Undang-Undang (UU) Nomor 22 Tahun 1999 benar-benar menjanjikan adanya otonomi lebih besar, sekaligus perpecahan dan kesimpangsiuran administratif. Perubahan begitu terasa hingga akar rumput (grassroot), dalam hal ini mulai terbukanya hubungan antara ranah dinas dan adat. Apalagi pada tahun 2001 oleh Pemerintah Provinsi Bali dikeluarkan Perda No.3 Tahun 2001 tentang peran desa adat.

Peraturan ini memberikan wewenang penuh kepada desa pakraman menjalankan urusan internalnya, dan menjadikan dewan desa sebagai otoritas tertinggi. Desa pakraman mendapat perhatian begitu besar mengingat desa pakraman dianggap sebagai pusat kebudayaan sehingga pemerintah mulai mengucurkan dana ke desa pakraman dengan nominal yang tidak sedikit. Namun, hal ini meninggalkan satu permasalahan yang menyangkut hubungan antara aturan adat dan hukum nasional. Karena aturan adat tersubordinasi di bawah hukum nasional yang tentu saja dapat merongrong otonomi yang dimiliki desa pakraman. Tetapi hal baik yang dapat dipetik dari berbagai aturan anyar ini adalah desa pakraman mulai menunjukkan eksistensinya di tengah masyarakat setelah ditekan pada masa orde baru yang mengatasnamakan pembangunan nasional.

Gonjang-Ganjing Bali

Reformasi benar-benar mendatangkan perubahan besar-besaran kepada pulau kecil yang nantinya menjadi tolok ukur pariwisata Indonesia ini. Terbukanya kembali keran demokrasi oleh B.J. Habibie (Presiden RI ke-3) benar-benar disambut antusias oleh masyarakat. Hasil Pemilu 1999 juga tak kalah mengejutkan. Partai besutan Megawati Soekarno Putri berhasil tampil menjadi pemenang, di Bali sendiri PDI-P berhasil mendulang suara sebesar 79,5% dan berhasil menjungkalkan dominasi Golkar yang mulanya pada Pemilu 1997 mendulang suara 93,5% menjadi hanya 10,5% (hal. 20).

Kekalahan Megawati dalam pemilihan Presiden RI ke-4 menyulut kerusuhan besar di Bali. Bali sebagai “Rumah Banteng” tidak terima atas kekalahan ini, penulis juga menyebutkan hal tersebut menunjukkan sentimen anti-Jawa dan anti-Muslim. (Mungkin) kerusuhan besar yang terjadi di sebagian besar daerah Bali ini menjadi kerusuhan terbesar yang terjadi di Bali pasca Reformasi. Hal ini mengingat kerusuhan sampai merusak berbagai fasilitas dan Gedung pelayanan publik. Beberapa kediaman kepala daerah yang berlatar belakang Golkar pun tak luput dari serangan. Menariknya, penulis menunjukkan bahwa ada mobilitas orang-orang tak dikenal yang berhasil memainkan peran utama dalam kerusuhan. Hem, bahkan sejak dulu aksi-aksi sudah disusupi ya.

Pemilihan kepala daerah pasca reformasi yang dimulai sejak tahun 2000 juga menandakan krisis di tengah partai pemenang, PDI-P di Bali. Berbagai kekalahan menimpa partai berlambangkan banteng moncong putih ini. Pada tahun 2000 terpilihnya Winasa di Jembrana berhasil menjungkalkan jago banteng di kabupaten itu. Begitu juga dengan pemilihan selanjutnya, mulai dari Buleleng, Karangasem, hingga Badung lepas dari kuasa PDI-P. Hal ini dikarenakan konsolidasi internal yang kurang, hubungan yang kurang harmonis antara pusat dan daerah, serta konflik internal yang terjadi antar sesama kader sehingga membuka peluang bagi tokoh-tokoh independent melaju menjadi orang nomor satu di daerahnya masing-masing. Puncaknya adalah kekalahan Megawati Soekarno Putri dalam perebutan kursi Presiden pada Pemilu Tahun 2004. Meski mendulang suara yang dominan di Bali, nampaknya hal tersebut tak membantu sang Ketua Umum untuk menduduki kembali kursi Presiden RI.

Kalau membaca buku ini dan mencocokkan dengan referensi bacaan lain, saya rasa kekalahan Megawati dalam Pemilu Tahun 2004 dikarenakan kepercayaan diri yang begitu tinggi. Hal serupa pun terjadi pada pemilihan presiden tahun 1999 saat presiden masih ditentukan dalam siding MPR RI. Kepercayaan diri terlihat dari minimnya kunjungan sang Ketua Umum ke Bali, begitu pula dengan absennya pada perhelatan Pesta Kesenian Bali saat itu. Padahal jadwal pembukaannya sudah disesuaikan dengan jadwal sang presiden, namun tetap saja ia tak hadir.

Menyambut Wacana Ajeg Bali Beserta Turunannya

Istilah Ajeg Bali kali pertama dipublikasikan oleh harian Bali Post pada 16 Agustus 2003, tepat pada peringatan ulang tahun ke -55 tahun. Wacana Ajeg Bali dijadikan kata kunci dalam rencana induk baru yang menghormati keseimbangan atau istilah Bali-nya Tri Hita Karana. Ajeg Bali juga menjadi semboyan yang mengisyaratkan kebutuhan akan suatu pertahanan diri, social budaya. Namun hingga detik ini pun, tak jelas wacana konkret soal Ajeg Bali ini.

Dalam hal ini Ajeg Bali seakan mengajak masyarakat Bali untuk Bersatu, melindungi diri sendiri, sanak saudara, tradisi dan budaya dari ancaman luar. Secara tidak langsung masyarakat Bali diajak untuk mencari “musuh bersama” guna Bersatu melindungi apa yang dimiliki Bali. Terjadinya Bom Bali I pada 12 Oktober 2002 semakin membuat wacana Ajeg Bali. Wacana Ajeg Bali menjadi induk dari berbagai kekerasan. Salah satunya adalah massifnya aksi swiping yang dilakukan oleh polisi berbasis desa adat (pecalang). Pasca Bom Bali I, Pemerintah Kota Denpasar langsung menerapkan kebijakan izin tinggal bagi pendatang. Tak tanggung-tanggung, pembuatan izin tersebut dipungut biaya hingga Rp400.000.

Pendek kata, ancaman disodorkan oleh dekadensi barat dan intrusi Islam. Artinya ancaman tersebut berasal dari luar Bali, dan wacana Ajeg Bali menjadi narasi penangkal yang cukup efektif. Mengingat wacana Ajeg Bali berhasil menghegemoni ruang-ruang percakapan masyarakat di Bali. Sentimen terhadap dua hal tersebut juga masih bisa kita lihat hingga sekarang.

Namun sayangnya masyarakat Bali tak menyadari bahwa ancaman yang paling berbahaya malah datang dari dalam diri. Masyarakat yang abai terhadap tradisi, gagal melanjutkan informasi-informasi penting terkait sejarah keasalmulaannya, lalai dengan berbagai kebudayaan yang harusnya ia lanjutkan adalah segelintir permasalahan yang kini kita hadapi bersama. Melihat pemuda-pemudi Bali yang masih menaruh perhatian lebih terhadap warisan leluhur dianggap “kuno”. Apakah itu yang kita mau? Bukankah musuh yang paling sulit dikalahkan adalah diri sendiri? Bahkan salah satu petinju terkenal pernah mengatakan bahwa cara bertahan terbaik adalah dengan cara menyerang.

Bagi saya, buku ini mengajak saya untuk mendalami berbagai persoalan yang terjadi di Bali pada medio waktu 1995-2005 yang permasalahannya masih bisa saya rasakan hingga kini. Setelah mendalami, tentu mencari solusi bersama agar Bali terlepas dari bayang-bayang kehancuran. Ohh, iya bagi saya sendiri sudah tidak zamannya lagi menyalahkan pihak luar atas kemunduran yang terjadi saat ini di Bali. Kalau bagi kalian bagaimana? [T]

_____


BACA ULASAN BUKU LAIN DARI TEDDY

Tags: ajeg balibaliBukuresensi buku
Previous Post

“Jukut Blook” dari Les: Bersatunya Pucuk Daun Labu dan Singkong | Vegan dan Organik

Next Post

Pandemi, Hukum Rta, dan Keimanan Saya

Teddy Chrisprimanata Putra

Teddy Chrisprimanata Putra

Lulusan Teknik Mesin Unud, tapi lebih memiliki minat ke dunia literasi juga organisasi. “Sublimasi Rasa” adalah karya pertama untuk melanjutkan karya-karya selanjutnya.

Next Post
Pandemi, Hukum Rta, dan Keimanan Saya

Pandemi, Hukum Rta, dan Keimanan Saya

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

‘Prosa Liris Visual’ Made Gunawan

by Hartanto
May 15, 2025
0
‘Prosa Liris Visual’ Made Gunawan

SELANJUTNYA, adalah lukisan “Dunia Ikan”karya Made Gunawan, dengan penggayaan ekspresionisme figurative menarik untuk dinikmati. Ia, menggabungkan teknik seni rupa tradisi...

Read more

Mengharapkan Peran Serta Anak Muda untuk Mengembalikan Vitalitas Pusat Kota Denpasar

by Gede Maha Putra
May 15, 2025
0
Mengharapkan Peran Serta Anak Muda untuk Mengembalikan Vitalitas Pusat Kota Denpasar

SIANG terik, sembari menunggu anak yang sedang latihan menari tradisional untuk pentas sekolahnya, saya mampir di Graha Yowana Suci. Ini...

Read more

‘Puisi Visual’ I Nyoman Diwarupa

by Hartanto
May 14, 2025
0
‘Puisi Visual’ I Nyoman Diwarupa

BERANJAK dari karya dwi matra Diwarupa yang bertajuk “Metastomata 1& 2” ini, ia mengusung suatu bentuk abstrak. Menurutnya, secara empiris...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati
Kuliner

45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati

SIANG itu, langit Seririt menumpahkan rintik hujan tanpa henti. Tiba-tiba, ibu saya melontarkan keinginan yang tak terbantahkan. ”Mang, rasanya enak...

by Komang Puja Savitri
May 14, 2025
Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila 
Khas

Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

PROJEK Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5) di SMA Negeri 2 Kuta Selatan (Toska)  telah memasuki fase akhir, bersamaan dengan berakhirnya...

by I Nyoman Tingkat
May 12, 2025
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co