Pelukis Ketut Teja Astawa (49) berpameran tunggal keenam yang bertajuk “Terbahak Kritis Estetis ala Teja Astawa”, Jumat (11/9/2020) bertempat di Galeri Zen1, Pertokoan Tuban Plaza No.50, Jalan Baypass Ngurah Rai, Tuban, Kuta, Badung. Uniknya, pameran yang berakhir pada 1 Oktober 2020 ini digelar ditengah pandemi covid-19.
Pameran yang telah direncanakan sejak tahun lalu ini mulanya akan digelar di perhelatan seni rupa besar di Jakarta pada Mei 2020 di bawah bendera Galeri Zen1. Sayangnya, karena terbentur pandemi, pameran akhirnya diundur hingga waktu yang belum bisa dipastikan. Hal ini membuat Nicolaus F. Kuswanto (43), selaku Direktur Galeri Zen1, memutar otak agar pameran tetap terselenggara. Maka, dipilihlah September ini dan persiapan intens dimulai sejak Juli lalu.
“Tahun 2019 kita sudah mempersiapkan pameran tunggalnya Teja. Namun, fokusnya mulai dari dua bulan terakhir ini,” papar Nico.
Dalam pameran tunggal ini, Teja Astawa akan menampilkan belasan karya yang terbagi atas, lima karya terbaru, lima karya sebelumnya, dua karya lawas sebagai penanda perjalanan karier melukis Teja Astawa, serta beberapa karya Teja dari kolektor. Ukuran karya yang akan ditampilkan berkisar dari 50 x 40 sentimeter hingga 180 x 300 sentimeter. Tentu, seluruhnya dikurasi ketat oleh Kurator Senior Eddy Soetriyono.
Pameran tunggal kali ini berbeda dari sebelumnya baik dari segi tema dan penggarapannya. Beberapa pameran solo yang telah digelar Teja Astawa terdahulu yaitu, TW(IN)SIDE (2013) di Galeri Kendra, Seminyak, A Glimpse Back Into the Past Early Paintings of Ketut Teja Astawa (2012) di Art Temporary Space, Plaza Senayan, Jakarta, Fragments of Subconscious Memory (2011) di Tonyraka Art Gallery, Ubud, Batman Forever (2009) di Sunjin Gallery, Singapura, Works of Ketut Teja Astawa (2008) di Galeri Roemah Roepa, Jakarta. Jika dahulu Teja lebih menonjolkan kesan sederhana dengan objek yang lebih besar, kini justru lebih kompleks yang didominasi oleh objek-objek kecil.
“Perbedaannya, pada tema dan penggarapannya. Yang sekarang lebih dominan figur yang kecil-kecil. Kalau yang dulu, lebih simple saja. Isu-isu yang diangkat masih di seputaran fauna yang berinteraksi dengan kehidupan manusia,” tandas Teja.
Pelukis kelahiran, Tuban, 1 Maret 1971 itu mengaku mengerjakan sebuah karya kurang lebih seminggu. Ia memilih tema fauna karena kagum dengan kelucuan dan keluguannya. Tokoh-tokoh yang disukai Teja Astawa adalah Angry Birds dan Raksasa.
Kendati Teja Astawa berkata tidak menyinggung soal kritik sosial maupun politik, namun Nico yang sudah berkecimpung di dunia art dealer selama lebih dari sepuluh tahun melihat ada sedikit kritik sosial yang disiratkan Teja melalui salah satu karyanya. Sebut saja karya yang berjudul “Story of the King” yang menggambarkan kekuasaan seorang raja yang seolah bisa berbuat apa saja dengan power-nya tanpa memedulikan rakyat. Ia juga memaparkan alasannya mengapa ingin mengorbitkan Teja Astawa.
“Satu, orang langsung bisa melihat bahwa ini karya seniman dari Bali. Kedua, dengan garapan dia yang membawa ikon-ikon serta akar tradisi, itu sangat penting dan memberi kesan kuat untuk merepresentasikan daerah di mana dia tinggal. Tapi, yang paling menarik adalah, dia tidak menampilkannya secara tradisi, melainkan lebih ke modern dari segi warna, tema, serta bentuk-bentuknya. Buat saya, itu sesuatu yang baru dan fresh untuk ditampilkan.”
Pameran tunggal Teja Astawa kali ini melibatkan Galeri Zen1 sebagai penyelenggara. Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam prosesnya yaitu Seniman Teja Astawa, Kurator Senior Eddy Soetriyono, sentuhan konsep, desain katalog, dan branding oleh Igo Blado, penggarapan teaser oleh Id_Projects, Aneka Design sebagai penyedia merchandise, Arif Bagus Prasetyo yang akan merespon karya-karya Teja Astawa dalam bentuk puisi, serta keterlibatan komponen pendukung lainnya.
Pameran dibuka langsung oleh Dr. Soemantri Widagdo, selaku Pembina Yayasan Titian dan Titian Art Space, sekaligus Kolektor seni rupa. Hadir pula para penikmat seni, kolektor, dan para seniman kerabat Teja Astawa. Selain pameran tunggal Teja Astawa, pada kesempatan ini Galeri Zen1 juga meluncurkan situs resminya yakni www.galerizen1.com.
Meski digelar di tengah pandemi, antusias pengunjung terbilang tinggi karena jumlah yang datang melebihi perkiraan, yakni sekitar 60 hingga 100 orang. Nico mengaku puas pameran ini berjalan lancar karena Galeri Zen1 juga telah menjalankan standar protokol covid-19 sesuai anjuran pemerintah dengan melibatkan satgas covid-19 dan aparat keamanan.
Protokol yang dijalankan meliputi, pengecekan suhu tubuh, penyediaan tempat mencuci tangan, mewajibkan penggunaan masker, hand sanitizer, hingga pengaturan jarak, seluruhnya dipandu sedemikian rupa oleh penyelenggara. Pengunjung yang masuk galeri juga dibatasi per 15 orang dan sisanya dapat menunggu di tempat yang sudah disediakan.
“Yang paling penting CV dari galeri dan seniman ini sendiri, harapan saya bisa baik untuk galeri maupun untuk seniman. Selain itu yang tidak kalah penting , geliat keberanian seluruh pegiat seni rupa agar tetap dijaga dalam beraktivitas dan berkesenian. Mudah-mudahan bisa menjadi isu yang baik dan menjadi content art yang sangat menarik,” tandas Nico. (*)