SUARA khas gamelan Bali mengurai malam yang dingin. Sayup sayup keramaian pun mulai mengisi Panggung Terbuka Ardha Candra, Taman Budaya, Denpasar, Jumat malam itu (27/10/2017).
Sekumpulan lelaki yang menggunakan pakaian etnik Bali ala tempo dulu mulai menabuh gamelan. Deretan bambu panjang yang disusun hingga menjadi alat musik mulai dipukul juga. Satu persatu alat musik pun membentuk kesatuan bunyi yang utuh. Para penari masuk dari sisi kiri dan kanan panggung. Bergerak dengan lemah gemulai, hingga membuat yang menonton terpana.
Malam itu STMIK STIKOM (Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Teknik Komputer) Bali menampilkan kelenturan gerak tari yang menambah unsur estetika pada gamelan. Garapan seni dari UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Tari Tradisional STMIK STIKOM Bali menghasilkan sebuah tari kreasi yang bertajuk Sekar Sanjiwani.
Menurut Putu Setyarini selaku penata Tari Sekar Sanjiwani, tarian ini berinti sari pada bakti sradha. “Bakti itu sembah, dan sradha itu keyakinan, jadi di sini kami mengemas bahwa keyakinan masyarakat Bali akan keberadaan Sang Hyang Widhi Wasa untuk melakukan persembahan menurut keyakinan agama Hindu dan memohon suatu keselamatan yang dituangkan dalam bentuk garapan tari kreasi ini (Sekar Sanjiwani-red),” terangnya.
Seusai dimanjakan dengan eloknya gerak penari, kini penampilan kedua dilanjutkan dari garapan UKM Tabuh STMIK STIKOM Bali. Garapan yang bertajuk ‘Pada Lima’ ini terinspirasi dari pemahaman patet dalam konteks gamelan tujuh nada, lima yang merupakan nada pokok dari setiap patet.
“Patet ini sendiri memanglah pengaturan nada dalam gamelan, garapan ini menekankan pada patet untuk mengentalkan harmonisasi dan keindahan pada garapan Pada Lima sendiri,” aku Eka Mardiana sebagai komposer garapan ‘Pada Lima’. Perpaduan pukulan alat musik tradisional Bali pun memanjakan pendengar yang hadir di malam itu.
Kala penabuh dan penari telah unjuk gigi dalam garapannya masing-masing. Penampilan yang tak kalah menarik pun datang dari UKM VOS (Voice of STIKOM). Kelompok paduan suara dari STMIK STIKOM Bali ini mempersembahkan dua buah lagu daerah Bali yang telah diaransemen ulang, sehingga lebih unik dan nyaman didengar. Kedua lagu tersebut yakni Putri Cening Ayu dan Don Dap Dape.
Persembahan terakhir pun datang dari kolaborasi UKM Tabuh dan UKM VOS (Voice of STIKOM) yang menyatukan instrumen modern dengan gamelan Bali, dengan lagu yang diaransemen yakni Yamko Rambe Yamko, Cublak-Cublak Suweng dan Rasa Sayange.
Kolaborasi ini pun menghasilkan intrumen unik yang menghibur para penonton. Meski penampilan yang dipersembahkan tidaklah lama, namun balutan kesederhanaan dan kretivitas mereka menghasilkan penampilan yang sarat akan makna. (T/R)