SUASANA magis memancar dari Pentas Gelar Seni Akhir Pekan Bali Mandara Nawanatya II, Jumat malam, 13 Oktober 2017. Seolah menggenapi kesan menyeramkan dari mitos, bila tanggal 13 setiap bulannya jatuh pada hari Jumat, maka kesan magis akan kuat. Kesan magis makin kuat merupakan bagian dari lakon Singlar Mas.
Singlar Mas merupakan pementasan garapan mahasiswa Universitas Hindu Indonesia (UNHI) yang merupakan penggalan dari cerita populer di Bali, kisah Calonarang.
“Sebagai sebuah pementasan, garapan UNHI cukup berhasil mementaskan Calonarang.” Demikian apresiasi pengamat seni drama, Dewa Jayendra.
Menurut Jayendra keberhasilan itu tak lepas dari lakon-lakon yang dimainkan secara apik oleh pemain yang cukup bermutu. “Sehingga setiap adegan terasa suasana magisnya dan ketegangan diplot secara tepat sehingga emosi para pemain mengalir,” jelas Jayendra.
Selain itu, menurut Jayendra keberhasilan atau kuatnya pementasan ‘Singlar Mas’ juga tidak dapat dilepaskan oleh keterlibatan pemain senior drama gong yaitu I Gangsar dan Sengap sebagai punakawan.
Bentuk pementasan ‘Singlar Mas’ berupa sebuah pementasan utuh sebagaimana pementasan calonarang yang sering dipentaskan di Bali. “Hanya saja tidak utuh ceritanya. Hanya penggalan cerita dari calonarang saja,” tutur Jayendra.
Cerita Singlar Mas mengisahkan tentang kerajaan Matyumbara di bawah pemerintahan Prabu Brahma Kumba. Sang prabu memiliki istri bernama Diah Sri Patni dari kerajaan Utara Giri. Kerajaan yang aman dan tentram seketika berubah karena isu, Isu tentang penasehat kerajaan yaitu Empu Wiragni berselingkuh dengan istri sang Prabu Brahma Kumba. Hal tersebut membuat Prabu Brahma Kumba membuang sekaligus memberhentikan Empu Wiragni penasehat raja.
Situasi itu membuat Empu Wiragni menjadi marah, iapun membalas kebijakan sang Prabu dengan mengeluarkan kesaktian ‘Singlar Mas’ untuk menghancurkan kerajaan Matyumbara. Ide cerita digarap Ngurah Bagus Supartama. Pementasan ini cukup menarik minat penonton. Terutama penonton dari keluarga besar Universitas Hindu Indonesia.
Menurut kurator Bali Mandara Nawanatya II tahun 2017, Mas Ruscitadewi, di bulan Oktober memang sengaja memberi kesempatan kepada mahasiswa – mahasiswa dari kampus-kampus di Bali untuk pentas seni kreativitas.”Untuk mahasiswa memang mereka tampil sendiri, tidak berdua seperti pentas seni kreativitas pelajar,” ujar Mas Ruscita. (T/R)