Monolog “Emak Gugat”: Sebuah Ekspresi Patologi Sosial

MISTERIUS. Ia duduk diam menghadap ke barat di kursi itu tanpa memedulikan orang-orang yang datang. Sikapnya sunyi dan serius. Ia mengenakan pakaian perempuan (semacam daster) berwarna kuning dengan motif bunga-bunga dan sebuah senter elektrik besar yang digendongnya seperti bayi. Dan di kakinya itu, terpasang gelang kerincing yang mengingatkan saya dengan penari remong. Malam itu, Dody … Continue reading Monolog “Emak Gugat”: Sebuah Ekspresi Patologi Sosial