PEREMPUAN tua itu membenarkan kerah bajunya. Ia duduk di kursi kayu menghadap ke barat daya. Angin kering musim kemarau berembus. Tiga puluh derajat Celsius. Panas, menyengat seperti bara. Udara cerah. Awan meriaki biru langit. “Enam puluh tahun lebih saya hidup di Tejakula,” katanya, Jumat (10/5/2024) sore. “Sejak itu pula saya mulai mengajar tari di sini.” … Continue reading Dua Jam Bersama Luh Menek
Copy and paste this URL into your WordPress site to embed
Copy and paste this code into your site to embed